Nama kecil R.Ng. Ranggawarsita ialah Bagus Burham. Bagus Burham
dilahirkan hari senin legi, tanggal 10 Dzulkaidah Tahun Be, 1728 (JW),
pukul.12.00, wuku Sungsang Dewi Sri, Wrukung Huwas, musim Jita, atau 15 Maret
1802, dikampung Yasadipuran, Surakarta.[1]
Setelah lahir diberi nama Bagus Burhan, ia dipelihara oleh R.T.
Sastranegara sesuai dengan anjuran kakek putrinya, R.T.Yasadipura I yang
meramalkan bahwa Bagus Burhan akan menjadi pujangga besar. Setelah berusia 4
tahun, Bagus Burhan diserahkan oleh R.T.Sastranegara kepada ki Tanuwijaya,
seorang abdi kepercayaan R.T.Sastranegara. bagus diasuh Ki Tanuwijaya sampai
berusia kurang lebih 12 tahun[2].
Baru setelah itu, Bagus dikirim ke suatu pesantren untuk
memperdalam pendidikannya. Tempat pesantrennya adalah pesantren Gebang Tinatar,
Ponorogo yang diasuh oleh kyai ternama, Imam Kasan Besari, yang merupakan
menantu Sri Sunan Paku Buwana IV di Surakarta.[3]
Bagus Burhan memiliki beberapa keahlian, baik dalam ngelmu maupun
dalam ilmu pengetahuan, antara lain:
1.
Ilmu
kesusastraan dan kebudayaan Jawa diterima dari ajarannya, R.T. Sastranegara,
sedangkan pengetahuan bahasa Belanda diterima dari C.F. Winter.
2.
Belajar agama
Islam dan ilmu tasawuf beberapa tahun dipondok Tegaksari Ponorogo asuhan kyai
Imam Besari. Ia mempelajari ilmu nahwu, sharaf, balaghah, mantiq, hadits, musthala
hadist, tafsir dan syariah.
3.
Mempelajari
kebudayaan dan tata krama Jawa yang mencakup:
a.
Bermacam aji
kemampuan batin, sesirih atau berpantang, dan tetki atau beriktikat sebagai
pujangga ia paham ilmu nujum dan ramal, kepada Ki Tanujaya pengasuhnya sendiri
sejak kecil.
b.
Ngelmu benda
pusaka seperti keris, tombak, kudhi, dan sebagainya, termasuk tosan saji.
Ranggawarsita
sebagai pujangga istana, tugas pokoknya adalah menyusun karya-karya sastra.
Karya-karya itu semua dalam bentuk tulisan tangan. Karena Ranggawarsita
menjabat sebagai pujangga istana, maka karya-karyanya banyak dipersembahkan
kepada raj-raja. Selain itu, banyak pula yang beredar dalam lingkungan keluarga
Ranggawarsita.
Karna Ranggawarsita merupakan pujangga yang banyak dikagumi oleh
pecinta kepustakaan Jawa, maka banyak pula yang menyebar di tengah-tengah
masyarakat. Karya-karyanya dipindahkan dan disalin dengan cukup termat.
Dalam bukunya Mulyanto, beliau mengkategorikan kaya-karyanya secara
menyeluruh yang merupakan kitab jawa kuno, diantaranya:
1.
Karya Ranggawarsita
yang ditulis sendiri, misalnya, Serat Pustaka Raja dan Serat Wirid
Hidayat Jati
2.
Karya
Ranggawarsita yang disalin oleh orang lain, misalnya, Serat Aji Pamsa
dan Serat Cemporet
3.
Karya Ranggawarsita
bersama orang lain, misalnya Serat Saridin dan Serat Sidin
4.
Karya
Ranggawarsita yang diubah bentuknya oleh orang lain, misalnya Serat Jaman
Cacad
5.
Karya
Ranggawarsita yang diubah lagi oleh orang lain, mislanya Pustaka Raja Purwa
6.
Karya orang
lain yang pernah disalin oleh Ranggawarsita, misalnya Serat Bratayudha
dan Serat Jayabaya
7.
Karya orang
lain yang dilakukan sebagai karya Ranggawarsita, ialah Kalatidha Piningit,
Wirid Hidayat Jati[4]
Ranggawarsita termasuk seorang pujanggaa yang peka terhadap
permasalahan sosial. Zaman kali atau kaliyuga yang oleh Ranggawarsitaa lebih
populer disebut dengan istilah jaman edan merupakan sindiran pada kekacauan
waktu itu.kutipan tembang sinom dalam serat kalatidha menunjukkan
kekacauan yang melanada masyarakat:[5]
Amenangi zaman
edan,
Ewuh aya ing
pambudi
Milu edan nora
tahan,
Yen tan milu
anglakoni,
Boya keduman
melik,
Kaliren
wekasanipun,
Dilalah karsa
Allah,
Begja-begjane
kang lali,
Luwih begja
kang eling lawan waspada
Terjemahan:
Mengalami zaman
gila,
Serba sulit
dalam pikiran,
Ikut gila tak
tahan,
Kalu tidak
ikut,
Tidak dapat
bagian,
Akhirnya
kelaparan,
Untungnya
takdir Allah,
Seuntung-untungnya
orang lupa,
Masih untung
yang sadar dan waspada.
Ranggawarsita melalui Serat Kalatidha di atas memberi
peringatan kepada manusia agar dirinya selalu eling lan waspada, mau
mengendalaikan diri, tidak terbawa arus sehingga suatu saat dirinya mendapat
ketentraman lahir batin. Keadaan masyarakat yang penuh kekacauan hendaknya
diselesaikan dengan arif bijaksana, sehingga tidak malah menambah beban sosial.
Di samping itu, manusia perlu berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa.[6]
Ada dua hal pokok yang akan dibahas berkaitan dengan corak
keislaman yang sangat menonjolmdi dalam beberapa karya R.Ng. Ranggawarsita. Kedua
hal itu adalah etika atau hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan
Tuhan.
1.
Etika dalam
karya R.Ng. Ranggawarsita
Perajalan hidup
Ranggawarsita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan religius (agama Islam).
Bahkan, semasa mudanya, Pujangga Surakarta ini termasuk santri yang memiliki
kemampuan tinggi dalam belajar agama Islam pada Kyai Imam Besari di Ponorogo.
Oleh sebab itu, sejumlah karyanya kebanyakan bernuansa Islam atau mengandung
persoalan-persoalan yang dijiwai oleh ajaran Islam yang diramu dengan ajaran
hidup Jawa (kejawen).
Sebagai pujangga yang sangat baik penguasaannya terhadap
nilai-nilai budaya Jawa sekaligus memiliki pemahaman yang luas pada nilai-nilai
ajaran Islam, R.Ng. Ranggawarsita memandang perlu untuk memberikan wejangan-wejangan
mental instruksi budaya kepada pembaca melalui sejumlah karyanya terkait dengan
manfaat dan perlunya sikap hidup jujur maupun ke-Tuhanan. Hal itu dapat dilihat
dari beberapa karyanya yang menganjurkan seseorang berlaku jujur atau temen,
ora goroh tidak berdusta, dan pernyataan senada dengan karyanya dalam Serat
Wedharaga, Serat Wedhatama, Serat Sabdajati, Serat Kalatidha, dan
sebagainya.[7]
2.
Hubungan
Manusia dengan Tuhan
Ada beberap konsepsi mistik yang terdapat dalam karya-karyanya
Ranggawarsita, yaitu konsepsi tentang amanusia, konsepsi tentang Tuhan,
konsepsi tentang jalan kelepasan, dan konsepsi tentang kelepasan. Muara dari
keempat konsepsi tersebut adalah sebuah manunggaling kawula Gusti bersatunya
hamba dengan Tuhan.
Ranggawarsita memang seorang pujangga bukan hanya karena diangkat
tetapi karena memenuhi syarat. Memenuhi kriteria baik menurut pandanagan jaman
dahulu maupun pengertian masa kini. Sehingga tidak dapat diragukan lagi sampai
sekarang.[8]
Bahkan karya-karyanya sangat berguan yang berbentuk ramalan yang
menceritakan akan tibanya masa keemasan bagi bangsanya dalam membela tanah air.
karya-karya beliau banyak disetir oleh kaum poltik patriotik di jaman
penjajahan Belanda untuk membangkitkan semangat juang, memberikan inspirasi
para pejuang-pejuang militan di kala itu.[9]
Sebagai pujangga keraton Raden ngabehi Ronggowarito sangat
berpengaruh. Ia bisa menggabungkan hati orang Jawa agar mau menerima dua jaran
secara bersandingan yang sebelumnya sering terlibat konflik. Dua ajaran itu
adalah Islam dan Hindu.
Dalam berbagai karyanya, Ronggowarsito menguraikan ajaran
keberadaan Sang Pencipta. Ajaran ini bercerita tentang cara manusia melihat
keimanan dan kepercayaan kepada Allah.
Hidup Ranggawarsito didedikasikan untuk sepenuhnya mengabdi kepada bangsa
dan negara. Ia berkorban dengan totalitas ibarat manjing ajur-ajer yang
maknanya mengerjakan secara total, melibatkan diri dalam kebudayaan Jawa dengan
sepenuh hati tanpa mempertimbangkan risiko apapun, masuk jiwanya sendiri.
Raden Ngabehi Ronggowarsito meninggal dunia dengan khusnul khatimah
atau merasakan emating pati patitis pada tanggal 5 Dzulkaidah 1873, pukul 12.00
siang tahun Jimakir, Windu Sancaya. Kematian Ronggowarsito ini sering
dihebohkan oleh Sunan Paku Buwono IX atas persetujuan Pemerintah Kolonial
Belanda. Dari beberapa pendapat mengakatakan bahwa Ronggowarsito meninggal
karena dibunuh oleh Paku Buwono IX bersama dengan Kolonial Belanda. Sebelum meninggal tersirat
deskripsi tentang tanda-tanda kematiannya, yang ada dalam Serat Sabda Jati.
Pandulune Ki pujangga durung kemput
Mulur lir benang tinarik,
Nanging kasesaring ngumur,
Andungkup kasidan jati,
Sayang sekali penglihatan Sang Pujangga
Belum sampai selesai.
Bagaikan menarik benang dari ikatannya,
Tapi karena umur sudah tua sudah merasa hampir,
Datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini.
Amung kurang wolung ari kang kadulu,
Tamating pati patitis,
Wus katon neng lokil makpil,
Angumpul ing madya ari,
Amerengi sri budha pon
Yang terlihat hanya kurang 8 hari lagi,
Sudah sampai waktunya,
Kembali menghadap Tuhannya,
Tepatnya pada hari Rabu Pon.
Kaping lima antarane luhur,
Selaning tahun jimakir,
Taluhu marjayeng janggur,
Sengara winduning pati,
Netepi ngumpul sak enggon.[10]
Tanggal 5 bulan Sela,
Dulkangidah tahun jimakir wuku Tolu,
Widu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873)
Kira-kira waktu Dzuhur,
Itulah saat yang ditentukan.
Sang Pujangga kembali mengahadap Tuhan.
Cinitra ri budha kaping wolu likur,
Sawal ing tahun jimakir,
Candraning warsa pinetung,
Sembah mekswa pejangga aji,
Ki pujangga pamit layon
Karya ini ditulis dihari Rabu tanggala 28,
Sawal tahun Jimakir 1802 (1873 M)
Ki Pujangga pamit mati.
Pujangga Agung R.Ng. Ranggawarsita wafat secara khusnul khatimah
(emating pati patitis). Beliau dimakamkan di Palas, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah
berdekatan dengan makam orang tuanya. Samapai kini makamnya banyak dijadikan
tempak ziarah yang amat keramat oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
beliau adalah pujangga yang mulia dan terhormat.[11]
DAFTAR PUSTAKA
Andy, Anjar. 1992. Raden Ngabehi Ronggowarsito:Apa yang Terjadi.
Semarang: Aneka Ilmu
Kamajaya.
1980. Pujangga Ranggawarsita. Jakarta: Proyek penerbitan Buku Bacaan
Sastra Indonesia dan Daerah
Prabowo,
Dhanu Priyo. 2003. Pengaruh Islam Dalam Karya-Karya R.Ng. Ranggawarsita.
Yogyakarta : Narasi
Purwadi,
Dr. M.Hum. 2004. Hidup, Cinta Dan Kematian Ronggowarsito. Jogjakarta:
Pion Harapan
Purwadi,
Dr. M.Hum.2004. Ramalan Zaman Edan Ronggowarsito. Yogyakarta: Media
Abadi
[1] Prabowo
Dhanu Priyo,Pengaruh Islam Dalam Karya-Karya R.Ng. Ranggawarsita.
Yogyakarta : Narasi, 2003,hlm: 3
[3]Purwadi, Hidup,
Cinta Dan Kematian Ronggowarsito. Jogjakarta: Pion Harapan, 2004,hlm.7
[4]
Purwadi, Ramalan Zaman Edan Ronggowarsito, Yogyakarta: Media Abadi,
2004.hlm:27
[5]Kamajaya, Pujangga
Ranggawarsita, Jakarta: Proyek penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan
Daerah,1980,hlm: 54
[6]
Purwadi, Pengaruh Islam Terhadap Karya-Karyanya R.Ng.Ranggawarsita, hlm: 53
[7]
Prabowo, Pengaruh Islam Terhadap Karya-Karyanya R.Ng.Ranggawarsita, hlm:
59
[8]
Prabowo, Pengaruh Islam Terhadap Karya-Karyanya R.Ng.Ranggawarsita, hlm:
60
[9]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito:Apa yang Terjadi. Semarang: Aneka
Ilmu,1992, hlm: 109.
[10]
Purwadi, Ramalan Zaman Edan Ronggowarsito, hlm:230
[11]
Purwadi, Ramalan Zaman Edan Ronggowarsito, hlm:228-232
1 komentar:
Hard Rock Hotel & Casino, Highland | Mapyro
Find the cheapest and quickest ways to get from Hard Rock 밀양 출장마사지 Hotel & Casino, 구리 출장마사지 Highland 보령 출장마사지 to 안산 출장샵 Hightower, 정읍 출장마사지 MS 40003. Free Parking.
Posting Komentar