Welcome to Kreasi El-Habib's Blog

Percobaan Lipid

Kamis, 24 Mei 2012

A.       DASAR TEORI

Lipid adalah nama suatugolongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alamyang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atautidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah pelarut organiknonpolar, seperti benzen, pentana,dietil eter,dan karbon tetraklorida.Denganpelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhanataupun hewan.
Lipid di kelompokkan menjadidua kelompok, yaitu kelompok lipid sederhana (simple lipids) dan kelompok lipid kompleks (complex lipid). Lipid sederhana mencakup senyawa-senyawa yang tidakmudah terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air dan terdiri darisubkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena.
Lipid kompleks meliputisubkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-zat penyusun yanglebih sederhana, yaitu lilin (waxes)dan gliserida.
Komponen-komponen campuranlipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan menggunakan perbedaankelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Sebagai contoh; fosfolipid dapatdipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di dalamaseton.
Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksipenyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkansabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak yang dapatdiesterkan.

C.      ALAT DAN BAHAN
a. Reaksi uji lipid
1).Uji Akrolein
v  Alat-alat                                                   
- Mortir                                                      -Spatula                                 
- Tabung reaksi                                          -Pipet tetes
- Penjepittabung                                       -Neraca analitik
- Pembakarbunsen

v  Bahan-bahan
- Gliserol                                                   -KHSO4
- Lemak                                                     -Aquades

2). Uji Penyabunan
v  Alat-alat
- Tabung reaksi                                          -Penangas air
- Pipet tetes                                               -Gelas kimia
- Gelas ukur
v  Bahan-bahan
- KOH alkoholis10 %
- Lemak
- Aquades

3). UjiPeroksida
v  Alat-alat
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Tabung reaksi

v  Bahan-bahan
- Minyak olive                                           -laritan KI 10 %
- Kloroform                                               -Asam asetat glasial

b. Sifat-sifat kimia lipid
1). Penentuan Angka Iod
v  Alt-alat
- Neraca analitik                                        -Statif dan buret
- Erlemeyer                                                -Pipet tetes
- Gelas ukur
v  Bahan-bahan
- Lipid
- Kloroform
- Larutan iodin hanus
- Larutan KI 15 %
- Na2S2O30,1 N
- Larutan kanji 1 %

D.PROSEDURKERJA

A.    HASIL PENGAMATAN

PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN

1). Uji Akrolein
- 0,5 gr lemak + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan
- 0,5 gr gliserol + 0,5 gr KHSO4, dipanaskan

2). Uji Penyabunan
- 10 ml larutan KOH alkoholis 10 % + minyak,dikocok
- Dipanaskan di atas penangas air
- + 10 ml air
- Dipanaskan sampai semua alkohol menguap

3). Uji Peroksida
- 1 ml minyak olive + 1 ml kloroform
 - + 1 ml asam asetat glasial,dikocok
  - +  1 tetes larutan KI 10 % 
- didiamkan selama 5 menit 
- Bau lemak (tengik)
- Berbau
- Larutan  berwarna kuning muda tidak saling bercampur
 - Minyak larut dalam KOH alkoholis dan larutan berwarna kuning muda
- KOH alkoholis bercampur dengan lemak dan larutan berwarna kuning muda.
 - minyak larut dalam kloroform
 - terbentuk 2 lapisan,lapisan atas minyak yg berwarna kuning dan lapisan bawah berwarna putih.
 - larutan berwarna kuning
 - terbentuk 2 lapisan,lap.atas berwarna putih dan lap. Bawah kuning

4). Penentuan Angka Iod
- 0,25 gr lipid padat + 10 ml kloroform
- + 30 ml larutan iodin hanus
- didiamkan selama 30 menit
- + 10 ml larutan KI 15 %
- + 100 ml aquades
- dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N
- + 2 ml indikator kanji
- dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai larutan berwarna biru
- lipid tidak larut dalam kloroform
- Larutan berwarna cokelat tua
-larutan berwarna cokelat muda
 - larutan berwarna kuning
 - larutan berwarna putih
 - tidak terjadi perubahan warna larutan
  
B.     PEMBAHASAN

Lipid merupakan senyawa yang banyakterjadi di alam.Senyawa ini dapat diperoleh dengan jalan mengekstraksi bahan-bahan alam baiktumbuhan maupun hewan dengan pelarut tidak polar sperti petroleum eter,benzena, kloroform, dan lain-lain. Dilihat dari strukturnya senyawa lipidatersusun oleh rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga lipida ini tidak larutdalam air. Senyawa lipida diberi nama berdasarkan sifat fisikanya (kelarutan)dari pada secara struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi duagolongan besar yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang termasukdalam golongan sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugusester dan tidak dapat dihidrolisis. Golongan ini merupakan steroid. Golonganlipida kompleks tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dandapat dihidrolisis, yang melipti minyak lemak dan lilin.

Yangdimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol.Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atomkarbon.Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH.Satu molekul gliserol dapatmengikat satu,dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester,yang disebutmonogliserida,digliserida atau trigliserida. Pada lemak,satu molekul gliserolmengikat tiga molekul asam lemak,oleh karena itu lemak adalah Suatutrigliserida, R1-COOH, R2-COOH, dan R3-COOHialah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama,bolehberbeda. Pada percobaan ini dilakukan 3 reaksi uji lipid,yaitu uji akrolein, uji penyabunan, dan uji peroksida. Selain itu dilakukanpercobaan penentuan angka iod untuk sifat larutan kmia lipid.


1.      Uji akrolein
Uji akrolein untukgliserol tergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein.Dalam uji ini ada dua percobaan yaitu percobaan pertama 0,5 gram lemak cair +0,5 gram KHSO4 yang sudah digerus, kemudian dimasukkan dalam tabungreaksi kering, selanjutnya dipanaskan dengan pembakar Bunsen, mula-mula denganapi kecil kemudian dilanjutkan dengan api dengan nyala besar. Pada saat danKHSO4 medidih menghasilkan bau lemak (tengik). Pada percobaan yangkedua untuk uji akrolein, 2 ml gliserol ditambahkan dengan 0,5 gr KHSO4kemudian dipanaskan. Dari hasil yang diperoleh, campuran tersebut menghasilkanbau. Reaksi yang terjadi adalah:




Apabila gliserol dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskanhati-hati,akan timbul bau yang tajam khas seperti bau lemak yang terbakar yangdisebabkan oleh terbentuknya akrilaldehida atau akrolein. Oleh karena timbulnyabau yang tajam itu,akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah dijadikanreaksi untuk menentukan adanya gliserol atau senyawa yang mengandung gliserolseperti lemak dan minyak.

Bila lemak dan minyak dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskanhati-hati juga akan terjadi akrolein. Glierol digunakan dalam industri kosmetika sebagai bahan dalam pembuatanpreparat yang dihasilkan. Disamping itu gliserol berguna bagi kita untuksintesis lemak didalam tubuh

2.      Uji Penyabunan
Uji penyabunanuntuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH alkoholis 10%kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran inimenghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air.Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutanberwarna kuning muda. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah:


  
Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan(saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dariminyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalamair dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis denganlarutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida).

Proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlahmol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah molasam lemak.Untuk lemak dengan berat tertentu,jumlah mol asam lemak tergantungpada panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itupendek,maka jumlah mol asam lemak besar,sebaliknya apabila rantai karbon itupanjang,jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untukmenyabunkan 1gram lemak disebut bilanganpenyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantungpada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan jugabahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemaktersebut. Makin kecil berat molekul lemak,makain besar bilangan penyabunannya.

3.      Uji Peroksida
Minyak ataulemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigenyang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabilaminyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat.

Pada percobaan ini 1 ml minyak olive ditambahkan dengan 1ml kloroform. Pada proses penambahan ini minyak larut dalam kloroform, karenakloroform merupakan pelarut nonpolar.

Campuran minyak olive dan kloroform kemudian ditambahkan1 ml asam asetat glasial, kemudian dikocok. Peranan asam asetat glasial dalampemisahan asam lemak yaitu sebagai katalis, artinya asam asetat dapatmempercepat reaksi yang sedasng berlangsung sehingga reaksinya lebih cepatmembentuk asam lemak. Minyak olive yang ditambahkan 1 ml kloroform dan 1 ml CH3COOHglasial kemudian dikocok, menyebabkan terbentuknya 2 lapisan, yaitu padalapisan atas minyak berwarna kuning dan pda bagian bawah berwarna putih.Campuran tersebut kemudian ditambahkan dengan 1 tetes larutan KI 10% sehinggalarutan berwarna kuning. Langkah selanjutnya didiamkan selama 5 menit. Dariproses ini kembali terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna putih dan bawah berwarna kuning.

4.      Penentuan Angka Iod

Lipid mengandungbermacam-macam asam lemak tak jenuh yang bereaksi dengan ion. Jumlah iod yangdiabsorpsi menetukan jumlah ketidak jenuhan dalam lipid. Jadi angka ioddidefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi oleh 100 gr lipid.Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang memakai iodin bromidasebagai carrier dan metode Wijs yang memakai iodin klorida. Namun metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode iodin Hanus.Sebanyak 0,25 gr lipid padat ditambahkan 10 ml kloroform. Lipid padat ini tidaklarut dalam kloroform karena lipid yang digunakan adalah lipid padat, bukanlipid yang sudah dicairkan dengan proses pemanasan.

Selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan iodin Hanuskemudian didiamkan selama 30 menit dengan sesekali dikocok. Hasil yangdiperoleh, larutan menjadi cokelat tua.

Setelah 30 menit larutan ini ditambahkan dengan 10 mllarutan KI 15%. Larutan berubah warna menjadi cokelat muda. Selanjutnyaditambahkan 100 ml aquadest kemudian dititrasi dengan Na2S2O30,1 N, larutan menjadi kuning, setelah itu ditambahkan dengan 2 ml indikatorkanji sampai larutan berwarna putih dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3.Pada titrasi kedua ini larutan tidak berubah atau tidak terjadi perubahan warnalarutan.
Lemak hewan pada umumnyaberupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhanberupa zat cair.Lemak  yang mempunyaititik lebur  tinggi mengandung asam lemakjenuh,sedangkan lemak cair atau yng basa disebut minyak mengandung asam lemaktidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yangberbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yangterkandung didalamnya diukur dengan bilanganiodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiapmolekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Olehkarenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula iodium yang dapatbereaksi.

    Bilangan lodium ialah banyaknyagram iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Jadi makin banyak ikatanrangkap makin besar bilangan iodium


KESIMPULAN
  1. Uji akrolein untuk gliseroltergantung pada dehidrasi dan oksidasi gliserol menjadi akrolein.
  2. Reaksi pembentukan sabundari minyak dilarutkan dengan cara mereaksikan alkali dengan minyak sehinggadidapatkan suatu sabun.
  3. Pada reaksi safonifikasidihasilkan campuran gliserol dan sabun
  4. Minyak atau lemak mengandungasam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkansuatu senyawa peroksida.
  5. Pada percobaan angka iod tidakdihasilkan seperti yang diharapkan, mungkin karena kesalahan pada prosedurkerja.

KEMUNGKINAN KESALAHAN
Adapun kemungkinan keslahan pada saat percobaan adalah:
1.      Saat mereaksikan larutan.
2.      Pemanasan larutan.
3.      Pengukuran larutan.
4.      Pengamatan warna.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar Chairil.1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik.Yogyakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Kristian.2003. Kimia Organik I JICA. Malang:Universitas Negeri Malang

Teaching Team. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPAUNG
READ MORE - Percobaan Lipid

Pembuatan Aspirin

Rabu, 23 Mei 2012

I. TUJUAN

Setelah menyelesaikan eksperimen ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.Menjelaskan reaksi esterifikasi yang terjadi pada senyawa asam salisilat.
2.Terampil dalam cara kerja pembuatan dan pemurnian aspirin dari asam salisilat.
3.Terampil dalam cara kerja dan teknik-teknik kristalisasi zat organik.

II.LANDASAN TEORI
Awalnya terinspirasi oleh sakit artritis yang diderita ayahnya, Hoffmann, seorang berkebangsaan Jerman mensintesis suatu senyawa bernama asam asetil salisilat (aspirin). Dengan senyawa ini Hoffmann dapat mengobati ayahnya tanpa mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti efek samping obat artritis pada masa itu. Itulah salah satu fungsi aspirin yang dicobakan pada praktikum ini. Fungsi aspirin lainnya adalah sebagai pereda demam dan meringankan reumatik. 
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat.






Aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3­ membentuk garam natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat. Perbedaan sifat ini digunakan untuk pemurnian aspirin.






Kita bisa menggunakan besi(III)klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi(III)klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan tak berubah (kuning).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Erlenmeyer 250 cc 2 buah, gelas ukur 20 cc dan 100 , termometer 100C, corong hisap lengkap, penangas air, pipet tetes, pengaduk dan benzena untuk rekristalisasi.
Bahan : Asam salisilat 1 gram, anhidrida asam asetat 2,5 ml,asam sulfat pekat 3 tetes dan akuades.
IV.CARA KERJA
A. PEMBUATAN



B. PEMURNIAN





C. REKRISTALISASI




V. DATA PENGAMATAN
Percobaan.
Pengamatan
A.PEMBUATAN
1 g as salisilat + 2,5 ml as cuka anhidrida, Larutan putih keruh
+ 2,5 ml H2SO4 -----> goyangkan, Kuning kotor
panaskan ± 10 mnt (50-60°C) sambil diaduk, Endapan putih
dinginkan (sewaktu-waktu diaduk), sedikit larutan
+ 75 ml akuades, larut sebagian
aduk, larut
saring dengan saringan hisap, filtrat jernih
B.PEMURNIAN
aspirin tak murni + NaHCO3 jenuh, terbentuk gelembung gas
aduk sampai reaksi sempurna, larut (jernih)
saring dengan saringan hisap ….(filtrat), filtrat
1,75 ml HCl pekat + 5 ml air, larutan jernih
+ filtrat (aduk), endapan putih
dinginkan dengan es, kristal (sedikit larutan)
saring dengan Buchner, kristal murni
cuci kristal dengan air es dingin, kristal lebih murni
taruh di gelas arloji, kristal kering
C.REKRISTALISASI
larutkan kristal dalam benzena, larut
panaskan dengan penangas, larut (jernih)
saring, filtrat
keringkan di oven, terbentuk kristal murni = 0,06 g
VI. PERHITUNGAN
Dalam percobaan digunakan asam salisilat sebanyak 1 g, sehingga mol asam salisilat dapat dihitung, yaitu 1/138 = 0,007 mol. Reaksinya adalah sbb :



Aspirin yang dihasilkan dapat dihitung secara teoritis yaitu mol aspirin dikalikan dengan Mr-nya. Mol aspirin = mol asam salisilat = 0,007 mol. Gram aspirin secara teoritis adalah 0,007 x 180 = 1,26 gram. Dari percobaan dihasilkan aspirin sebanyak 0,06 g, maka rendemennya :
(massa hasil percobaan/massa teoritis) x 100% = (0,06/1,26) x 100% = 4,8%.
VII. PEMBAHASAN
Pada pembuatan aspirin aspirin ini mula-mula dicampurkan 1 g asam salisilat dengan anhidrida asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.



Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapn putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.
Untuk pemurnianya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3. Reaksinya adalah sebagai berikut :



Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini juga diikuti oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya hasil reaksi aspirin dengan NaHCO3. setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh di gelas arloji dan didapatkanlah kristal kering.
Langkah terakhir pada percobaan ini adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi dilarutkan dalam benzena panas, alu dipanaskan. Benzena digunakan sebagai pelarut karena benzena merupakan pelarut yang baik untuk zat organik. Air tidak bisa digunakan untuk rekristalisasi ini karena air adalah pelarut polar dan aspirin adalah senyawa nonpolar. Setelah itu larutan tadi disaring panas-panas dan filtratnya diambil untuk dikeringkan di oven. Kristal ini merupakan kristal yang benar-benar murni.
Hasil percobaan ini diperoleh aspirin sebanyak 0,06 gram. Hasil ini sangat sedikit karena menurut perhitungan, rendemennya hanya 4,8%. Berkaitan dengan hasil yang minim ini ada beberapa hal yang perlu dibahas disini, yaitu :
1.Benzena yang digunakan untuk rekristalisasi suhunya kurang panas, tetapi hangat.
2.Ketika dilakukan pengeringan di oven, tidak diberi tanda kelompok (hanya diingat tempatnya) sehingga ada (sangat sedikit sekali) kemungkinan kristal diambil kelompok lain.
3.Jika nomor dua tidak terjadi, berarti hasil penyaringan yang berjumlah banyak tidak jadi *. 
VIII.KESIMPULAN 
1.Aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan adanya H2SO4.
2.Prinsip pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi.
3.Pelarut organik (seperti benzena) dapat digunakan untuk rekristalisasi senyawa organik.
4.Diperoleh rendemen sebesar 4,8%.
IX.DAFTAR PUSTAKA
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Drs. Ersanghono Kusuma, MS, 2003, Sintesis Organik, Jurusan Kimia FMIPA UNNES : Semarang.
Tim Dosen, 2003, Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Organik 2, Lab. Kimia FMIPA UNNES : Semarang.
http://homepage.ius.edu/DSPURLOC/C122asp.htm.
http://home.snu.edu/dept/chemistry/syillabi/ARCHIVES/CHEM11~1/Labs__~1/ SYNTHE~1.DOC.
Semarang, 29 Mei 2012
Praktikan



Muh. Khabib

* Penyaringan terakhir (rekristalisasi) dilakukan dua kali. Yang pertama menghasilkan endapan yang banyak dan penyaringan kedua hasilnya sedikit. Tetapi yang jadi kristal alah yang kedua, sementara hasil penyaringan pertama (yang sedikit) tidak jadi.
READ MORE - Pembuatan Aspirin

 
 
 
Matur Suwun Atas Kunjungannya, Semoga Bermanfaat!!! Salam Semangat Berkarya!!!