Welcome to Kreasi El-Habib's Blog

Oksidimetri

Minggu, 12 Februari 2012

Oksidimetri

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Oksidimetri” dengan tujuan untuk mengetahui kadar ion kalsium dalam karbonat. Bahan yang digunakan adalah larutan KMnO4 0,1 N; carbonat calsium, HCl (1:1), ammonium oksalat, asam sulfat (1:8), natrium oksalat dan asam sulfat 1,5 N. Hasil yang didapat adalah Normalitas CaC2O4 sebesar 0,028 N; berat CaC2O4 sebanyak 0,1792 g; dan berat Ca sebanyak 0,056 g.




BAB I

PENDAHULUAN

1.2  Latar Belakang

Kalsium permanganat telah lama digunakan dalam analisa redoks (oksidimetri). Hal ini disebabkan karena bahwa KMnO4 merupakan oksidator kuat yang mengoksidasi sebagian besar dari reduktor-reduktor secara kuantitatif, bila ditambah dalam jumlah yang ekivalen. Warna ungu tua ion permanganat menjadikan permanganatnya sendiri indikator pada indikator pada titrasinya, sehingga metode ini dikenal dengan permanganometri. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan warna terang meskipun dalam larutan yang besar volumenya.

1.2  Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar ion kalsium dalam karbonat.



BAB II

DASAR TEORI

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan biloks, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan biloks. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan biloks. Banyak titrasi redoks dilakukan dengan mengunakan indikator warna (Khopkhar, 2003).

Dalam banyak prosedur analitik, analit ada dalam lebih dari satu keadaan oksidasi dan harus dirubah menjadi keadaan oksidasi tunggal sebelum dilakukan titrasi. Pereaksi redoks yang digunakan harus mampu untuk mengubah analit secara lengkap dan cepat kedalam oksidasi yang diinginkan (Underwood, 1990).

Titrasi redoks merupakan salah satu cara penentuan berbagai senyawa yang mudah, cepat dan tepat. Akan tetapi, sebelum titrasi redoks dapat dijalankan, senyawa yang akan ditentukan harus diubah seluruhnya terlebih dahulu menjadi bentuk tereduksinya atau bentuk oksidasinya. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam (Rivai, 1995).




BAB III

METODELOGI PERCOBAAN



3.1      Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah erlenmeyer 250 ml, labu ukur 250 ml, pipet volum, buret 50 ml dan termometer.

Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan KMnO4 0,1 N; kalsium karbonat; HCl (1 : 1); ammonium oksalat; asam sulfat (1 : 8); natrium oksalat dan asam sulfat 1,5 N.

3.2   Cara Kerja

1.   Standarisasi KMnO4.

Natrium oksalat ditimbang 0,25 – 0,3 gram. Dimasukkan kedalam gelas kimia, ditambahkan 75 ml asam sulfat 1,5 N lalu diaduk. Dipanaskan hingga natrium oksalat larut semua. Dibuat larutan KMnO4 dan cuplikan harus bersuhu 60 oC atau lebih. Didapatkan hasil titrasi.

2.      Penentuan Klorida

diambil sampel kalsium karbonat yang telah disediakan lalu dimasukkan kedalam gelas piala 400 ml, ditambahkan 20 mlaquades. Ditambahkan HCl (1:1), dipanaskan sampai padatan larut, lalu ditambahkan aquades sampai volume 200 ml. Diberikan beberapa indikator metil merah. Dipanaskan larutan hingga mendidih lalu tambahkan pada larutan, 1,5 gram ammonium oksalat dalam 25 ml aquades secara perlahan dengan pengadukan tetap sehingga terjadi endapan kalsium oksalat dengan penambahan ammonium oksalat berlebih. Dipanaskan pada 70 – 80 0C selama 15 menit, lalu ditambahkan amonia (1:1) beberapa tetes sambil diaduk hingga keadaan larutan netral/sedikit alkalis (warna berubah dari merah menjadi kuning). Disaring endapan kalsium oksalat. Dilarutkan kalsium oksalat dengan asam sulfat (1:1) lalu dicuci kertas saring dengan air panas. Setelah endapan larut, kemudian dititrasi dengan larutan standar KMnO4 warna berubah dari tak berwarna menjadi merah muda.



BAB IV

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1   Data Hasil Pengamatan

          

V CaC2O4  V KMnO4 (0,1 N)

25 ml               7 ml



4.2   Pembahasan

Kalium permanganat adalah oksidator kuat, tidak memerlukan indikator. Kelemahannya adalah dalam medium HCl; Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan terbatas. Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk mempercepat perlu dilakukan pemanasan. Sedangkan reaksi dengan Ag (III) memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi:

2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O « 5MnO2 + 4H+

Larutan KMnO4 dalam air tidak stabil dan air teroksidasi. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam basa, ion Mn (II) dan MnO2.

Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi. Ia merupakan suatu reaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer.

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan biloks, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biloks. Oksidator adalah dimana atom yang terkandung mangalami penurunan biloks. Sebaliknya pada reduktor, otaom yang terkandung mengalami kenaikan biloks. Banyak reaksi redoks dilakukan dengan mengunakan indikator warna. Titrasi redoks merupakan salah satu cara penentuan berbagai senyawa yang mudah, cepat dan tepat. Akan tetapi sebelum titrasi biloks dapat dijalankan, senyawa yang akan ditentukan harus diubah seluruhnya terlebih dahulu menjadi bentuk treduksi atua bentuk oksidasinya.

Pada percobaan oksidimetri diperoleh volume KMnO4 yang terpakai pada proses titrasi larutan endapan adalah 7 ml, sehingga diperoleh data perhitungan untuk normalitas CaC2O4 adalah 0,028 N; berat CaC2O4 adalah 0,1792 g; dan berat Ca adalah 0,056 g.





BAB V

KESIMPULAN



            Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

Ø   Kalium permanganat adalah oksidator kuat dalam larutan bersifat asam.

Ø   Kelemahan KMnO4 adalah Cl- dapat teroksidasi dalam medium HCl.

Ø   Larutan KMnO4 dalam air tidak stabil dan air teroksidasi.

Ø   Normalitas CaC2O4 = 0,028 N, berat CaC2O4 = 0,1792 gram, dan berat Ca = 0,056

Ø   Fungsi dari pemanasan adalah untuk menghilangkan zat pengotor.

Ø   Penyaringan berfungsi untuk menghilangkan MnO2.





DAFTAR PUSTAKA



Hardjadi, W, 1986, Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia, Jakarta.

Khopkar, S. M, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Rivai, Harrizul, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.

Underwood, 1981, Kimia Analitik Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Vogel, 1990, Analisa Anorganik Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Matur Suwun Atas Kunjungannya, Semoga Bermanfaat!!! Salam Semangat Berkarya!!!